Ketika sedang mengejar target berat badan tertentu, berapa lama hasil diet terlihat menjadi salah satu aspek yang diperhatikan. Sebab, hasil diet bisa membantu untuk menentukan apakah kita perlu melanjutkan pola yang sedang dijalankan atau perlu penyesuaian. Lantas, berapa lama hasil diet terlihat? Berikut penjelasannya!
Jika memerhatikan defisit kalori dengan tepat, hasil diet bisa terlihat dalam waktu beberapa minggu. Namun, tak menutup kemungkinan pula kita bisa melihat hasilnya dalam waktu seminggu.
Ahli gizi tersertidikasi dengan Top Nutrition Coachin, Crystal Scott RD menjelaskan, kita bisa menargetkan penurunan berat badan 0,5-1 kilogram per minggu. Target ini secara umum dianggap sebagai tujuan aman dan berkelanjutan. Jadi, meskipun kita punya target penurunan berat badan yang cukup ambisius, ada proses yang perlu ditempuh.
“Penurunan berat badan secara bertahap memungkinkan untuk mempertahankan massa otot yang lebih baik, disiplin terhadap kebiasaan sehat, dan kesuksesan jangka panjang,” ujar Scott, seperti dilansir dari Prevention. Bergantung pada target berat badannya, kita perlu waktu sekitar 10 hingga 20 minggu untuk menurunkan berat badan sebanyak sekitar 20 kilogram, seperti dilansir dari Health. Penting untuk dicatat bahwa fluktuasi berat badan adalah hal yang normal.
Kamu mungkin menemukan berat badanmu bisa turun sesuai target pada minggu-minggu tertentu, sementara pada waktu lainnya tidak. Semuanya adalah bagian dari proses jangka panjang. Adapun beberapa faktor yang memengaruhi hasil diet antara lain:
Usia: komposisi tubuh kita berubah seiring bertambahnya usia dan ini berkaitan dengan Resting Metabolic Rate (RMR) atau kalori yang terbakar pada fase istirahat. RMR yang lebih rendah akan lebih sulit menurunkan berat badan.
Genetik: genetik punya peran besar terhadap kelebihan berat badan dan obesitas, serta metabolisme tubuh atau cara tubuh memproses makanan menjani energi.
Jenis kelamin: secara biologis, perempuan memiliki lemak yang lebih banyak daripada otot, daripada laki-laki, sehingga RMR perempuan cenderung lebih rendah. Perempuan juga membakar kalori 10 persen lebih sedikit pada fase istirahat daripada laki-laki dengan tinggi yang sama, sehingga mereka lebih sulit menurunkan berat badan.
Hormon: ketidakseimbangan hormon atau kondisi seperti penyakit tiroid bisa berdampak pada proses penurunan berat badan. Begitu pula kondisi lain seperti sindrom polikistik ovarium, menopause, dan testosteon rendah bisa berdampak pada fluktuasi berat badan.
Berat badan awal: defisit kalori punya peran penting untuk menurunkan berat badan. Seseorang dengan berat badan yang lebih jauh dari ideal akan lebih mungkin kehilangan lebih banyak berat badan karena defisit kalorinya lebih besar. Jadi, titik awal berat badan juga sangat berperan penting.
Kualitas asupan: kalori yang kita konsumsi dapat memengaruhi penurunan berat badan. Fokus mengonsumsi makanan utuh, misalnya, akan lebih mendukung target menurunkan berat badan.
Source : Kompas