Pemerintah Kabupaten Bandung Barat telah menetapkan status siaga potensi kekeringan selama lebih dari tiga bulan, terhitung sejak 23 Agustus hingga 30 November 2024. Penjabat PJ Bupati Bandung Barat, Ade Zakir Hasyim, menegaskan bahwa meskipun saat ini wilayah tersebut berada dalam tahap siaga, tidak menutup kemungkinan status ini dapat berubah menjadi darurat jika kondisi kekeringan semakin parah.
Ade menjelaskan bahwa status siaga ini diberlakukan berdasarkan prediksi BMKG yang memperkirakan musim hujan baru akan tiba pada akhir tahun. “Kita sudah tanda tangan status kewaspadaan potensi kekeringannya,” ujar Ade pada Selasa 3 September 2024.
Sejumlah wilayah di Kabupaten Bandung Barat telah terdampak kekeringan, terutama di wilayah selatan seperti Cihampelas, Cililin, Rongga, Gununghalu, Cipongkor, Sindangkerta, dan Saguling. Selain itu, wilayah tengah yang meliputi Kecamatan Cipatat, Batujajar, Cikalongwetan, Ngamprah, dan Padalarang juga mengalami kesulitan air bersih.
Dampak dari musim kemarau ini tidak hanya dirasakan dalam bentuk kekurangan air bersih, tetapi juga menyebabkan kekeringan pada lahan pertanian, sehingga hasil panen padi terpaksa dipanen lebih awal. Untuk mengatasi situasi ini, Pemkab Bandung Barat telah menyiapkan petugas pengangkut air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang siap siaga setiap hari. Saat ini, pemda telah memiliki dua armada pengangkut air dengan kapasitas 5.000 liter masing-masing.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Uka Suska Puji Utama, mengaku sudah melakukan langkah-langkah konkret penanggulangan dampak bencana kekeringan. Uka menjelaskan dengan bantuan air bersih, diharapkan kesulitan masyarakat bisa tertanggulangi untuk sementara waktu saat musim kemarau. Kemarau diprediksi masih akan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan hingga Oktober 2024 mendatang.